Diary random the king of kerajaan antah berantah, Consli!

Monday, May 13, 2019

Bagaimana Strategi Penetapan Misi dan Tujuan Organisasi ?

Kadang-kadang individu yang baru merintis usaha sering melupakan dalam memantapkanmisi dan penetapan tujuan organisasi usaha yang akan dirintis.

 Seharusnya sebelum organisasi menentukan tujuan-tujuan, terlebih dahulu harus menetapkanmisi atau maksud organisasi.

Penetapan Misi

Misi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang maksud organisasi. Misi suatuorganisasi adalah maksud khas (unik) dan mendasar yang membedakan organisasi dariorganisasi-organisasi Iainnya dan mengidentitikasikan ruang lingkup operasi dalam hal produkdan pasar.

Misi merupakan perwujudan dasar filsafat para wirausaha, mencerminkan konsepsidiri perusahaan, serta menunjukkan bidang-bidang produk atau jasa pokok dan kebutuhan-kebutuhan langganan utama yang akan dipuaskan perusahaan.

Secara singkat, misimenggambarkan bidang-bidang produk, pasar, dan teknologi yang ditekankan perusahaan.

Hal ini mencerminkan nilai-nilai dan berbagai prioritas dari para pembuat keputusan strategik. Misi organisasi juga menunjukkan fungsi yang hendak dijalankannya dalam sistem sosial atauekonomi tertentu.

Gambar diatas menunjukkan bahwa hanya setelah misi dasar ditetapkan, tujuan, strategi, program,kebijaksanaan dan rencana dapat ditetapkan.

Tujuan Organisasi

Penentuan tujuan merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh seorang wirausaha, bahwatujuan organisasi merupakan kondisi yang akan dicapai di masa yang akan datang melaluikegiatan-kegiatan organisasi.

Kadang kita tidak dapat Secara tegas membedakan tujuan dan sasaran dalam organisasi usahayang kita rintis. Beberapa penulis membedakan arti tujuan dan sasaran. Tujuan mempunyaipengertian yang Iebih Iuas, sedangkan sasaran adalah Iebih khusus.

Tujuan organisasi merupakan pernyataan tentang Keadaan dan situasi yang tidak terdapatsekarang, tapi dimaksudkan untuk dicapai waktu yang akan datang melalui kegiatan-kegiatanorganisasi.


Tujuan umum sering disebut tujuan strategik Secara operasional tidak dapat berfungsi sebelum

dijabarkan terlebih dahulu ke dalam tujuan-tujuan khusus yang Iebih terperinci sesuai dengan jenjang manajemen sehingga membentuk suatu hierarki tujuan.

Tujuan-tujuan khusus meskipun secara fungsional berdiri sendiri, secara operasional terangkai di dalam suatu jaringan kegiatan yang memiliki arah sama yaitu memberikan pedoman pencapaian tujuan organisasi.

Penetapan tujuan strategik merupakan tahap yang paling kritis dalam proses perencanaan strategik.

Tujuan-tujuan strategik yang dipilih akan menentukan kegiatan-kegiatan dan mengikat sumber-daya organisasi untuk jangka waktu yang akan panjang.

Karena alasan ini, tujuan-tujuan strategik sering ditetapkan oleh para pimpinan usaha atau tingkatan atas, biasanyasetelah mempertimbangkan sejumlah alternatif tujuan.
Ada banyak tipe tujuan yang dapat dipilih, seperti tingkat pertumbuhan atau volume penjualan,pengembangan produk atau jasa baru, atau bahkan tujuan yang Iebih abstrak, misal menjaniIebih aktif dalam masyarakat dan sebagainya.

Tipe-tipe tujuan strategik yang dipilih akantergantung pada sejumlah faktor misi dasar organisasi, nilai-nilai yang dipegang oleh seorangwirausaha, kekuatan dan kelemahan organisasi, data kesempatan dan ancaman Iingkunganorganisasi, seperti terlihat dalam gambar.

Tipe-tipe tujuan

Suatu kepentingan dalam perilaku pencapaian tujuan organisasi dapat ditelusuri dalam berbagai penulisan teori manajemen.

Dalam banyak Iiteratur, hal tersebut tercermin pada maksuduntuk membuat klasifikasi tujuan yang dicari organisasi.

Barangkali klasifikasi yang palingluas diterapkan dan diterima adalah klasiikasi dari Perrow.

Diarahkan bagi organisasi padaumumnya, klasiikasi membedakan di antara lima tipe tujuan menurut “sudut pandangan mereka yang berkepentingan”, yaitu masyarakat, pelanggan, investor, eksekutif puncak atauIainnya. Kelima tipe tujuan tersebut dapat diperinci sebagai berikut.

a. Tujuan kemasyarakatan (societal goals)

Keterangan: masyarakat pada umumnya.

Sebagai contoh: memproduksi barang dan jasa, mempenahankan pesanan, mengembangkan danmemelihara nilai-nilai budaya. Kategori ini berkenan dengan kelas-kelas organisasi luasyang memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

b. Tujuan keluaran (outputgoals)

Keterangan: publikdengan hubungannya dengan organisasi.

Kategori ini berkenaan dengan jenis-jenis keluaran tertentu dalam bentuk fungsi-fungsikonsumen.

Contoh : barang-barang konsumen, jasa-jasa bisnis, pemeliharaan kesehatan,dan pendidikan.

c. Tujuan sistem (system goals)

Keterangan: Pernyataan atau cara pelaksanaan fungsiorganisasi, tidak bergantung pada barang atau jasa yang diproduksi atau tujuan yangdiambil. Contoh: penekanan pada pertumbuhan, stabilitas, Iaba atau cara-cara pelaksanaanfungsi, seperti menjadi ketat atau Ionggar dikendalikan dan disusun.

d. Tujuan Produk (product goals), atau Iebih tepat tujuan karekteristik produk

Keterangan:Berbagai karakteristik barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi. Contoh: penekananpada kualitas atau kuantitas, gaya, ketersediaan, keunikan, keanekaragaman, ataupembahuruan produk.

e. Tujuan turunan (derived goals)

Keterangan: tujuan digunakan organisasi untuk meletakkankekuasaannya dalam mencapaian tujuan-tujuan lain.

Contoh: maksud politik, pelayananmasyarakat, pengembangan karyawan, kebijaksanaan-kebijaksanaan investasi dan lokasipabrik yang memengaruhi Keadaan ekonomi dan masa depan masyarakat tertentu.

Organisasi Intern Usaha

Kompleksitas organisasi usaha bergantung pada Iingkup atau cakupan usaha yang akan dimasuki. Semakin besar Iingkup usaha, Semakin kompleks organisasinya.

Sebaliknya semakin kecil Iingkup usaha, maka semakin sederhana organisasinya. Pada Iingkupskala usaha kecil, organisasi usaha pada umumnya dikelola sendiri. Pengusaha kecil pada umumnya berperan sebagai small business owner manager atau small business operator.

Meskipun pengusaha usaha kecil identik dengan “owner business manager”, jika skala dan Iingkup usahanya semakin besar, pengelolaannya tidak bisa dikerjakan sendiri, tetapi harus melibatkan orang Iain.
Bagian-bagian kegiatan bisnis tertentu seperti bagian penjualan bagian pembelian, bagian administrasi, dan bagian keuangan masing-masing memerlukan tenaga tersendiri dan perlu bantuan orang Iain.

Dalam perusahaan yang Iebih besarseperti Perseroan Terbatas (PT) dan CV, maka organisasi perusahaan Iebih kompleks Iagi. Secara hierarkis, organisasi perusahaan terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu rapat umum pemegang saham, dewan komisaris, dewan direktur, danmanajer.

Rapat pemegang saham dalam perusahaan besar adalah pemegang kekuasatertinggi yang bertugas mengangkat dewan komisaris adalah mengawasi tindak-tanduk direksi dalam menjalankan perusahaannya.

Untuk menjamin kelancaran perusahaan, dalam melaksanakan tugasnya direksi mengangkat beberapa orang manajer.

Dilihat dari fungsi kewirausahaan dan fungsi manajemen, dalam perusahaan kecilfungsi manajemen relatif tidak begitu besar, sedangkan fungsi kewirausahaan sangatbesar perannya karena dasarnya adalah kreativitas dan keinovasian.

Sebaliknya, dalamperusahaan besar fungsi kewirausahaan relatif tidak begitu besar, sedangkan fungsimanajemen sangat besar karena dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen.

Oleh sebab itu,semakin besar perusahaan, Semakin besar pula fungsi manajerial karena dasarnya adalahfungsi-fungsi manajemen dan kemampuan.

Sebaliknya, Semakin kecil perusahaan, Semakinbesar fungsi kewirausahaan karena mendasarinya adalah motivasi dan kemauan.

Saturday, May 11, 2019

Mengenali Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Pribadi

Pengertian prestasi secara umum adalah hasil yang dicapai oleh individu, kelompok atau organisasi pada priode tertentu dan didasarkan pada ukuran yang ditetapkan. Mahasiswa lulus dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) yang tinggi atau rendah merupakan salah satu ukuran dari prestasi.


Ukuran dari prestasi ini, berupa tinggi rendahnya nilai mata kuliah yang ditempuh dari setiap semester.

Hasil yang dicapai berupa IPK, dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
  1. Faktor Kemampuan
  2. Faktor Motivasi
  3. Faktor Eksternal

Faktor Kemampuan

Kemampuan seorang mahasiswa dalam menyerap pelajaran dipengaruhi oleh:
  • Kehadiran di ruang belajar
  • Literatur yang dibaca
  • Kelompok belajar
  • Target yang ditetapkan

Faktor motivasi

Motivasi adalah suatu dorongan (drive), kekuatan dorongan ini mempengaruhi perilaku seseorang atau individu dalam melakukan sesuatu yang diinginkan. Sedangkan Kekuatan dorongan yang ada dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu Internal dan External.

Seorang mahasiswa untuk hadir di ruang kuliah, membaca literatur yang dianjurkan dosen, membentuk kelompok belajar dan menetapkan target karena dipengaruhi oleh:
  • Rasa malu sama teman dan keluarga kalau mendapat ip yg rendah
  • Rasa kasih sayang sama ortu (orang tua) yang membiayai
  • Tanggung jawab pribadi
  • Mempunyai rasa harga diri yang tinggi kalau mendapat IP yang tinggi dan sebaliknya
Kalau kondisi itu terjadi pada diri seorang mahasiswa, maka Ia  dipengaruhi oleh motivasi Internal-nya  tinggi. Bagaimana Ia mempunyai rasa malu sama teman kuliah serta keluarga kalau ia mendapatkan IPK yang rendah, bagaimana Ia mempunyai rasa malu dengan orang tua atau orang yang membiayai kuliah kalau Ia mempunyai prestasi yang rendah dalam kuliah.

Dan kalau hal ini tercipta dalam benaknya serta mempunyai persepsi bahwa pestasi dalam kuliah adalah merupakan tanggung jawab pribadi sebagai mahasiswa, maka dapat dipastikan tingkat menuju sukses  dalam menempuh kuliah dengan tepat waktu dan memperoleh IPK yang tinggi akan diperolehnya.

Sedang motivasi eksternal, adalah dukungan dari faktor-faktor diluar individu mahasiswa. Kondisi ekonomi keluarga, sarana prasarana kampus (perangkat keras & lunak), lingkungan kampus, merupakan faktor penunjang dalam keberhasilan mahasiswa menempuh jenjang pendidikan yang baik.

Apa yang diharapkan oleh semua pihak, (pendidik, orang tua, organisasi pendidikan dan pemerintah), tentunya mengharapkan anak didik berhasil dengan baik, IPK tinggi dan tepat waktu mengarah pada efesiensi.

Faktor Eksternal

Penjelasan dan pemahaman faktor eksternal, dilihat dari konteks pengaruh luar terhadap tuntutan prestasi peserta didik. Kondisi ekonomi, demografi, politik serta lingkungan (kerjasama-kerjasama perdagangan internasional) perlu dipahami dalam menempuh jenjang pendidikan yang berprestasi.

Apakah dampak serta pengaruhnya terhadap tuntutan kualitas lulusan ?, hal ini yang harus menjadi pertimbangan dan pemikiran bersama (peserta didik, orang tua dan pendidik).

Yang jelas, tuntutan kualitas lulusan yang menjadi utama dalam pembangunan manusia Indonesia dalam memenuhi keinginan kondisi eksternal tersebut.

Sebagai gambaran umum, penulis menguraikan secara singkat dari faktor-faktor eksternal, agar mudah dipahami. Diharapkan juga pemahaman diperdalam lagi dengan membaca literatur serta buku-buku yang berkaitan dengan hal tersebut dibawah ini.

Kondisi Ekonom

Indonesia masuk jajaran 10 negara dengan ekonomi terbesar dunia. Saat ini, Indonesia disebut-sebut sebagai negara ekonomi tangguh yang mampu tumbuh konsisten di atas 5 persen. Padahal negara lain seperti China dan India mengalami perlambatan pertumbuhan.

Artikel tersebut menunjukkan betapa hebatnya Indonesia dan kita sebagai warga negara merasa bangga. Namun dibalik itu, apakah pertumbuhan membawa kesejahteraan yang merata  bagi rakyatnya ?.

Pengangguran masih tetap tinggi, ketimpangan antara si-kaya dan si-miskin cukup tinggi, (BPS: gini rasio 2013 sebesar 0,413) dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi seperti itu, oleh para pengamat ekonomi merupakan pertumbuhan yang tidak berkualitas.

Mari kita lihat bagaimana dilema itu timbul dipermukaan, serta bagaimana tuntutan kualitas lulusan atau tenaga kerja yang diinginkan oleh pasar.

Saya ajak pembaca/mahasiswa untuk sejenak berfikir, bahwa penciptaan lapangan kerja oleh Dunia Usaha dan Industri (DUDI), karena adanya pertumbuhan ekonomi suatu negara serta kemajuan teknologi dan modernisasi. Pertumbuhan ekonomi secara makro, akan menumbuhkan peluang usaha serta perluasan usaha secara mikro.

Apakah pertumbuhan tersebut akan mengakibatkan penciptaan lapangan pekerjaan secara signifikan ?. Tidak dapat dipastikan hal itu akan terjadi. Banyak permasalahan-permasalahan dilapangan yang muncul, mulai dari kreteria penetapan padat modal (capital intensive) dan padat karya (Labor intensive) sampai dengan penetapan Upah Minimum Regional (UMR) yang berkaitan dengan penetapan katagori tersebut.

Belum lagi permasalahan penghapusan outsourching (kontrak kerja) dialihkan supaya menjadi pegawai tetap. Hal ini mempengaruhi perusahaan yang tadinya padat karya beralih menjadi padat modal. Perusahaan tidak sanggup  membayar gaji pegawai tetap. Atas dasar hitungan ekonomi dan efesiensi, buruh tersebut sebagian besar diganti dengan mesin.

Disadari pilihan investor dalam bisnisnya yang utama adalah laba, kontinuitas usaha, baru pilihan terakhir adalah tanggung jawab sosial. Dan ini merupakan tujuan usaha mereka. Dengan demikian pilihan operasional usahanya adalah efesiensi dalam memperoleh laba.

Ukuran efesiensi menjadi dasar dalam mempertahankan kontinuitas usaha. Sehingga apabila ada pilihan dan peluang dalam mempertahankan kontinuitas usaha, mereka akan memilih Capital Intensive (padat modal) dibandingkan dengan Labor Intensive (padat karya). Itulah pilihan yang realistis yang diambilnya ?.

Untuk lebih jelasnya, pilihan terhadap padat modal biasanya dilandaskan pada keinginan mencapai tingkat produksi yang optimum dengan biaya produksi per-unit yang rendah. Akhirnya harga jualpun menjadi murah.

Hal ini menjadi mungkin. Sebab bila yang bekerja adalah mesin-mesin, jam kerja bisa ditambah sesuka hati, tanpa adanya keluhan capai, protes, tuntutan uang lembur maupun uang kopi.

Yang lebih penting lagi adalah produktivitas kerja tetap tinggi dan stabil, sedangkan kualitas produk dapat dipertanggungjawabkan.

Keuntungan lain dari memilih padat modal adalah para pengusaha terhindar dari masalah-masalah perburuhan yang amat peka menjengkelkan dan berbiaya tinggi dalam proses penyelesaiannya.

Kendala utama dari pemilihan padat modal adalah investasi dan modal awal yang amat tinggi, namun itu bisa diatasi dengan pinjaman.

Disamping itu yang paling penting, sangat dibutuhkan tenaga-tenaga professional yang mempunyai kualifikasi di bidangnya dalam menjalankan perusahaan. Disinilah peran lembaga pendidikan dalam menciptakan tenaga-tenaga terampil dan professional yang menjadi tuntutan utama.

Demografi

Issu yang sedang hangat mulai tahun 2010, mengenai demografi adalah, Indonesia akan memperoleh bonus demografi pada tahun 2020 - 2030.

Apa itu bonus demografi ?, adalah suatu bonus dimana  jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada tahun 2020-2030 akan mencapai 70 persen, sedangkan sisanya, 30 persen, adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun ).

Dilihat dari jumlahnya, penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta, sementara nonproduktif hanya 60 juta. Kondisi ini  yang disebut The window of opportunity.

Dimana rasio ketergantungan (dependency ratio) paling rendah (44 per 100) yang  bisa dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Artinya 44 orang penganggur ditanggung oleh 100 orang yang bekerja.

Tentu saja ini merupakan suatu berkah. Melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Imbasnya adalah meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Namun berkah ini bisa berbalik menjadi bencana jika bonus ini tidak dipersiapkan kedatangannya. Masalah yang paling nyata,  ketersedian lapangan pekerjaan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah negara kita mampu menyediakan lapangan pekerjaan untuk menampung 70% penduduk usia kerja di tahun 2020-2030?

Hal inilah yang perlu dipertegas komitmen para pemangku kekuasaan (eksekutif & legeslatif) dalam membuat Kebijakan tentang penanaman modal yang berorientasi labor intensive dan bukan capital intensive 100%. Tentunya dengan pertimbangan-pertimbangan yang sangat matang, sehingga terjaga kesimbangan usaha antara orientasi laba dan tanggung jawab sosial dalam menciptakan lapangan pekerjaan.

Apakah permasalahaan sudah selesai sampai disini..?. Kalau pun lapangan pekerjaan tersedia, mampukah sumber daya manusia yang melimpah ini bersaing di dunia kerja dan pasar internasional?. Jangan lupa awal tahun 2016, diberlakukan kerjasama Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Sumberdaya Manusia yang berkualitas menjadi tuntutan dalam menghadapi kerjasama tersebut. Siapa yang bertanggung jawab akan kualitas tenaga kerja ?. Pertama-tama pasti tudingan tersebut mengarah pada pemerintah, lalu lembaga pendidikan termasuk para pengajarnya dan para lulusannya.

Berkaca dari fakta yang ada sekarang, (data statistic November 2012) indeks pembangunan manusia atau human development index (HDI) Indonesia masih rendah. Dari 182 negara di dunia, Indonesia berada di urutan 111. Sementara dikawasan ASEAN, HDI Indonesia berada di urutan 6 (enam) dari 10 (sepuluh) negara ASEAN. Posisi ini masih di bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei dan Singapura.

Tingkat HDI ini terbukti dari tidak kompetitifnya.pekerja Indonesia di dunia kerja baik di dalam ataupun luar negeri. Paling banyak, pekerja Indonesia di luar negeri adalah menjadi pembantu. Banyak permasalahan-permasalahan hak azasi manusia terjadi disitu. Untuk tingkat dalam negeri sekali pun, pekerja indonesia masih kalah dengan pekerja asing. Hal ini ditandai dari banyaknya peluang kerja dan posisi strategis yang malah ditempati tenaga kerja asing.

Permasalahan pembangunan sumber daya manusia inilah yang harusnya bisa diselesaikan dari sekarang, jauh sebelum bonus demografi datang. Jangan sampai hal yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani negara karena masalah yang mendasar: kualitas manusia!

Kenyataannya pembangunan kependudukan seolah terlupakan dan tidak dijadikan underlined factor. Padahal pengembangan sumber daya manusia yang merupakan investasi jangka panjang yang menjadi senjata utama kemajuan suatu bangsa.

Dalam hal ini pemerintah harus mampu menjadi agent of development dengan cara memperbaiki mutu modal manusia, mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, serta penguasaan teknologi. Solusi lainnya bisa dengan memberikan keterampilan kepada tenaga kerja produktif sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada ketersediaan lapangan pekerjaan tapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri.

Selain itu pemerintah juga harus mampu menjaga ketersediaan lapangan pekerjaan, menjaga aset-aset Negara agar tidak banyak dikuasai pihak asing yang pastinya akan merugikan dari sisi peluang kerja.

Bukan hanya pemerintah, masyarakat juga harus menjadi pendukung utama pembangunan mutu manusia dengan cara menyadari pentingnya arti pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek yang dapat mengembangkan kualitas manusia itu sendiri.

Kesimpulan yang bisa ditarik adalah bonus demografi ibarat pedang bermata dua. Satu sisi adalah berkah jika berhasil mengambilnya. Satu sisi yang lain adalah bencana seandainya kualitas SDM tidak dipersiapkan.

Kenali Potensi Kemampuan Dalam Berprestasi dan Meniti Karir

Secara konsep, motivasi adalah konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang memulai dan mengarahkan perilaku.

Digunakannya konsep ini adalah untuk menjelaskan, bahwa individu sesesorang dengan orang lain mempunyai perbedaan-perbedaan dalam intensitas perilaku, dimana perilaku yang lebih bersemangat adalah hasil dari tingkat motivasi yang lebih kuat.

Dicontohkan..

2 (dua) orang mahasiswa yang kita amati, rajin  datang kekampus. Dan kita menduga bahwa kedua mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa teladan dalam urusan akademik, Indeks Prestasi Akademik (IPK) mereka pasti tinggi. Dugaan kita bahwa, kedua mahasiswa tersebut mempunyai motivasi yang sama, sehingga menghasilkan perilaku yang sama.

Namun dugaan itu ternyata tidak benar, seperti dijelaskan diatas bahwa individu-individu mempunyai keinginan dan kebutuhan yang berbeda dan ini yang membuat perilaku berbeda.

Contoh 2 mahasiswa tersebut, terlihat rajin sama-sama datang ke kampus, namun setelah kita amati dengan cermat ternyata ada perbedaan yang mendasar dari perilaku yang ditampilkannya.

Individu mahasiswa yang pertama, melalui pengamatan yang mendalam Ia seorang mahasiswa yang rajin kuliah dan mempunyai IPK tinggi. Ia mempunyai tujuan, mempunyai visi dan misi yang jelas  serta target yang ditetapkan dalam menempuh pendidikan tinggi.

Ia mempunyai motivasi yang kuat untuk berprestasi, dengan perilaku yang ditunjukkan sehari-hari didalam kampus dan lingkungan rumahnya, ini yang dikatakan motivasi berprestasi (dorongan positif untuk prestasi).

Sedangkan individu mahasiswa yang kedua, bertolak belakang perilakunya dibandingkan dengan mahasiswa pertama, setiap hari datang ke kampus namun apa yang dikerjakan 80% tidak berkaitan dengan akademik yang ditetapkan.

Kuliah jarang masuk, 80% kuliah di kantin, kondisi seperti ini dapat dipastikan ia tidak mempunyai tujuan yang jelas, visi – misi tidak ada, apa lagi menetapkan target untuk dapat menyelesaikan kuliah dengan IPK yang tinggi.

Mahasiswa tersebut digolongkan, tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk berprestasi (dorongan negatif untuk prestasi).

Dari contoh diatas jelas, bahwa kita harus selalu hati-hati membuat kesimpulan tentang motivasi. Jika lebih banyak dapat informasi yang kita kumpulkan, maka kesimpulan kita akan lebih tepat karena kita mempunyai data dan keahlian dalam mengamati perubahan perilaku yang ditampilkan.

Hal ini berguna bagi individu dalam menjaga prestasi yang sesuai dengan tujuan dan target yang telah ditetapkan.

Seorang mahasiswa harus paham betul akan hal itu, bahwa Ia berada dalam lingkungan yang dinamis dalam perubahan-perubahan, tuntutan prestasi sangat diperhatikan dalam lingkungan ini. Ia harus mempelajari perubahan lingkungan yang ada, harus mencari informasi yang berguna untuk mencapai tujuan dan target kuliah.

Seorang mahasiswa harus bisa mengukur antara target yang ditetapkan dengan kemampuan yang ada. Kalau ia bisa menjaga keseimbangan tersebut, maka tujuan akan tercapai melalui target prestasi yang telah ditetapkan.

Dengan demikian pemahaman motivasi berprestasi merupakan suatu keharusan bagi individu yang ingin berhasil, apakah dia pekerja, pengusaha, mahasiswa atau pegawai negeri sekalipun. Karena atas dasar pemahaman itu individu akan berhasil dalam mencapai tujuan dari target yang ditetapkan.

Dapat disimpulkan bahwa, permasalahan yang mendasar dalam pemahaman motivasi berprestasi adalah, bagaimana menetapkan tujuan dan target. Banyak organisasi, individu, pekerja, atau mahasiswa lemah dalam menetapkan tujuan dan target tersebut.

Apalagi mahasiswa baru, dalam benaknya masih terbelenggu oleh kondisi dan situasi proses belajar mengajar di SMU (Sekolah Menengah Umum). Gunung es yang berada di benaknya perlu dicairkan, diperlukan pencerahan berupa kegiatan atau program yang tepat sasaran dari pihak perguruan tinggi.

Kegiatan Orientasi Studi, Perkuliahan Semester Pendek awal (SPA) merupakan salah satu program yang dimaksudkan untuk itu.

Penetapan Tujuan


Mahasiwa baru pertama kali Ia memandang   perguruan tinggi, yang dilihat adalah kemegahan gedung dan prasarananya serta kegiatan-kegiatan ekstra-kurikuler.

Prasarana akademik, buku-buku perpustakaan dilihatnya mungkin yang kesekian, dan suatu kenyataan hampir 80% mahasiswa baru tersebut melihat Laboraturium, perpustakaan, tenaga pengajar, majalah ilmiah serta  penunjang akademik lainnya, menjadi perhatiannya setelah mereka berada di semester 2 keatas, padahal sarana akademik itu yang menjadi kebutuhan dasar dalam mencapai tujuan dan prestasi yang diinginkan.

Penetapan tujuan dan sasaran, perlu menjadi prioritas utama dan diinformasikan kepada orang tua, saudara serta kerabat, sebagai alat kontrol dalam menempuh jenjang pendidikan.

Salah satu keberhasilan dalam mencapai tujuan dan target yang dicapai, karena adanya kontrol yang dilakukan, terutama dari pihak keluarga. Disamping itu penetapan tujuan, sasaran dan target perlu dikonsultasikan dengan orang tua.

Hal ini menyangkut masalah biaya, waktu, dan pengorbanan lainnya. Seorang mahasiswa harus bisa meyakinkan, apa yang dilakukan dan dikerjakan merupakan sasaran serta target yang ingin dicapai, dan apabila ini dilakukan sejak awal kuliah maka hambatan-hambatan yang kemungkinan muncul dapat diprediksi sebelumnya.

Dari pengamatan para pendidik dan pengajar, banyak individu mahasiswa tidak melakukan hal tersebut. Kuliah yang yang diikuti hanya sekedar kewajiban terhadap orang tua atau penyandang dana.

Dan yang sangat memprihatinkan, kuliah yang diikuti hanya karena gengsi, teman, serta ikut-ikutan, dengan alasan dari pada nganggur?. Tingkat keberhasilan dapat diperkirakan dari kondisi diatas, berapa yang putus kuliah ditengah jalan?, berapa lama kuliah ditempuh ?, dan  berapa besar dana yang dibuang percuma dari kondisi itu ?.

Data statistik Universitas Esa Unggul menunjukkan,  tingkat putus kuliah mahasiswa baru (baru lulus SMU) mencapai 30%, setelah mereka mengikuti rata-rata setengah jalan dari jenjang pendidikan yang diprogramkan.

Dan hampir dipastikan, kebanyakan dari 30% tersebut, mereka tidak mempersiapkan target, sasaran dan tujuan dengan jelas (Seperti contoh diatas). Inilah pentingnya mahasiswa dalam menetapkan tujuan dan sasaran, berikut targetnya dengan jelas.

Tujuan umum yang ditetapkan berupa kelulusan, kelulusan bukan hanya sekedar lulus tapi lulus dengan IPK yang tinggi dan dapat dipertanggung jawabkan secara akademik. Sedangkan tujuan strategiknya, selain lulus dengan IPK tinggi juga dibutuhkan keterampilan penunjang yang tinggi.

Untuk mengarah kesana diperlukan persiapan dan  dikonsultasikan dengan orang tua atau penyandang dana, karena menyangkut masalah biaya.